Materi 2 : Penyakit pada sistem reproduksi
1. Mentruasi
Bagi kamu yang perempuan tentunya sudah ada yang
mengalami menstruasi. Tahukah kamu apa itu sebenarnya menstruasi? Menstruasi
merupakan suatu keadaan keluarnya darah, lendir, dan sel-sel epitel yang
menyusun dinding rahim. Apabila seorang perempuan mengalami menstruasi, maka
akan keluar darah melalui vaginanya. Menstruasi biasanya terjadi satu bulan
sekali. Siklus menstruasi akan terjadi apabila sel telur yang dihasilkan oleh
ovarium tidak dibuahi oleh sel sperma.
Pada umumnya satu siklus menstruasi berlangsung selama
28 hari. Akan tetapi, ada perempuan yang mengalami siklus menstruasi lebih
pendek atau lebih panjang. Seorang perempuan yang mengalami siklus menstruasi
pendek, siklus akan berlangsung selama ± 18 hari. Seorang perempuan yang
mengalami siklus menstruasi panjang, siklus akan berlangsung selama ± 40 hari.
Agar kamu dapat memahaminya perhatikan Gambar
1.9 tentang siklus yang dialami dinding rahim
Fase menstruasi Fase proliferasi Fas esekretori
Hari 0 5 10 14 15 25 20 28
Fase pertama adalah fase
menstruasi, pada fase ini hormon FSH (follicle stimulating hormone)
memicu berkembangnya folikel dalam ovarium. Hormon FSH adalah hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitari atau hipofisis. Kelenjar tersebut terletak
di otak bagian depan. Pada fase ini, dinding rahim luruh dan seorang perempuan
mengalami menstruasi.
Pada awal perkembangannya, folikel
menghasilkan hormon estrogen dan hormon progesteron.
Hormon estrogen dan progesteron ini akan memicu dinding rahim untuk menebal.
Pada saat ini dinding rahim sedang mengalami fase proliferasi. Tujuan
dari menebalnya dinding rahim adalah untuk mempersiapkan tempat melekatnya
embrio apabila sel telur dibuahi oleh sperma. Fungsi lain dari hormon estrogen
adalah memicu kembali kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon FSH dan LH (luteinizing
hormone). Hormon LH terus diproduksi dan meningkat secara mendadak.
Peningkatan hormon LH ini akan memicu pengeluaran sel telur dari folikel yang
telah matang, proses ini disebut ovulasi.
Fase ketiga adalah fase sekretori.
Folikel yang telah melepaskan sel telur akan berubah menjadi korpus luteum. Sel
telur yang telah diovulasikan akan ditangkap oleh fimbriae dan akan
bergerak menuju tuba fallopii. Jika pada saat itu sel telur tidak
dibuahi oleh sperma (tidak terjadi fertilisasi), maka akan dikirimkan sinyal
tertentu pada korpus luteum untuk tidak memproduksi hormon estrogen dan
progesteron lagi. Dengan demikian, pada fase ini jumlah hormon estrogen dan
progesteron pada perempuan menjadi rendah. Rendahnya hormon estrogen dan
progesteron menyebabkan jaringan penyusun dinding rahim rusak dan pembuluh
darah yang ada pada dinding rahim pecah, sehingga perempuan akan mengalami
menstruasi
2. 2. Penyakit pada system reproduksi manusia
Sistem reproduksi sangat rawan
terhadap kelainan dan penyakit. Berikut ini akan dibahas beberapa kelainan dan
penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
A. HIV/ AIDS
B. Gonore (GO)
C. Sifilis (Raja Singa)
D. Herpes Simplex Genitalis
E.
Keputihan
F.
Kanker Serviks
G.
Kanker Rahim
3. 3. Upaya pencegahan dari penyakit system reproduksi manusia
Sistem reproduksi pada manusia harus dijaga
sebaik-baiknya. Selain untuk kesehatan, hal ini dilakukan sebagai salah satu
cara kita mengagungkan ciptaan Tuhan. Penyakit pada sistem reproduksi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah kurang menjaga
kebersihan organ reproduksi. Apabila kebersihan organ reproduksi kurang dijaga,
akan dapat terjangkit oleh penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau
pun parasit lain. Nah, berikut ini ada beberapa upaya untuk mencegah
terjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, atau pun
parasit lain.
a. Menggunakan
celana dalam yang berbahan katun dan bertekstur lembut. Hindari bahan yang
bersifat panas, kurang menyerap keringat dan berbahan ketat (misalnya jeans).
b. Biasakan membilas dengan bersih organ
reproduksi setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar. Selanjutnya,
keringkan sisa air yang masih menempel di kulit dengan menggunakan tisu atau
handuk hingga benar-benar kering. Ini akan dapat mengurangi risiko terjadinya
infeksi oleh jamur pada bagian organ reproduksi.
c. Mengganti celana dalam 2 – 3 kali
sehari.
d. Memotong rambut yang ada di daerah
organ reproduksi apabila sudah panjang, karena apabila terlalu panjang akan
menjadi sarang kuman.
e. Bagi kamu yang perempuan, apabila
sedang mengalami menstruasi, gantilah pembalut sesering mungkin. Pada saat
aliran darah banyak, kamu dapat menggantinya minimal 2–3 jam sekali. Darah yang
tertampung pada pembalut dapat menjadi media tumbuhnya kuman penyebab infeksi.
f. Bagi kamu yang perempuan, hindari
menggunakan sabun pembersih daerah kewanitaan dan pantyliner secara
terus-menerus. Penggunaan sabun pembersih daerah kewanitaan akan mengubah pH
vagina dan akan membunuh bakteri baik (flora normal) dalam vagina, yang
selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Penggunaan pantyliner secara
terus-menerus, dapat menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembap, sehingga memudahkan
terjadinya infeksi bakteri dan jamur, menyebabkan munculnya
jerawat di daerah kewanitaan, dan menyebabkan iritasi pada kulit.
g. Rajin
berolahraga dan banyak mengonsumsi buah dan sayur. Selain bermanfaat bagi
kesehatan, juga dapat mencegah terjadinya infeksi organ reproduksi oleh jamur.
Komentar
Posting Komentar